• Pengabdian Masyarakat, Niat Mulia Terkendala Biaya

    Sebagai salah satu unsur Tridharma perguran tinggi, pengabdian masyarakat akan berperan dalam pembangunan. Namun program pengabdian tidak begitu banyak dilakukan karena seleksi yang ketat dan keterbatasan dana


    Maret 2010, Badarudin, Dosen Departemen Sosiologi memasukkan proposal program Pengabdian Masyarakat. Proposal yang ia ajukan untuk memperoleh dana Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti). Ia dan empat rekannya Arif Nasution yang saat itu masih Dekan Fisip, Hasnudi dari Fakultas Pertanian (FP), dan Harmona Daulay yang juga dosen Departemen Sosiologi, berencana melakukan pengabdian di Desa Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Berdagai. Mereka mengajukan proposal pengabdian berjudul ‘Pemberdayaan Sosial Ekonomi Komunitas Petani Miskin Melalui Peternakan Kambing Etawa’. Badar yang bertindak selaku koordinator melihat perekonomian masyarakat petani di daerah tersebut masih di bawah standar. Namun topografi disana untuk peternakan kambing.


    Ketatnya persaingan proposal yang masuk untuk DP2M Dikti saat itu sempat membuat Badar dan kawan-kawan pasrah apabila tidak lolos seleksi. ”Saat itu saya mendengar seleksi proposal pengabdian DP2M Dikti sangat ketat, karena tidak ada perkembangan saya pasrah saja apabila itu tidak lolos,” kenang Badar. Namun selang enam bulan kemudian tepatnya September 2010 ia mendapat kabar proposal pengabdian yang mereka ajukan lolos seleksi dan memperoleh dana sebesar Rp40 juta.

    Saat itu Badarudin telah menduduki posisi sebagai Dekan Fisip sejak Agustus 2010 menggantikan Arif Nasution. Badar menceritakan saat itu dua rekannya Arif Nasution dan Harmona Daulay tidak terlalu terlibat dalam mengonsep program pengabdian yang akan mereka lakukan. Arif ada kesibukan lain dan Harmona melanjutlkan kuliah di luar negeri. “Jadi hanya saya dan Hasnudi yang melaksanakan sampai akhir,” ucap Badar saat dijumpai di kantornya, Rabu (30/3).
    Dikatakan Badar, Hasnudi yang juga guru besar FP sangat paham akan kiat-kiat dalam hal perternakan. “Hasnudi yang mengonsep kiat-kiat berternak kambing, karena itu bidangnya dan saya selalu intens mengkomunikasikannya dengan masyarakat di Dolok Merawan, kebetulan itu adalah kampong halaman saya” terang Badar.


    Dalam pelaksanaannya, Badar membentuk beberapa kelompok yang mayoritas adalah petani. Masing-masing kelompok beranggotakan empat orang, yang mendapat jatah tiga ekor kambing. Kambing Etawa adalah jenis kambing bertubuh tinggi dengan pertumbuhan yang terbilang cepat dari kambing biasa. Badar berharap bisa menjadi contoh bagi masyarakat lainnya dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Dolok Merawan.


    Badar mengatakan hingga saat ini masih sering memantau perkembangan program pengabdian yang ia buat. “Masyarakat disana sangat merasakan pengabdian yang kami buat,” ucapnya dengan lega.
    Satu lagi contoh pengabdian masyarakat dilakukan oleh Abdul Jalil Amri Arma, Pembantu Dekan III fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). ia melaksanakannya pada Oktober 2010 lalu. Ia mengusung tema ‘Penyuluhan Dampak Pemberian ASI Ekslusif bagi tumbuh kembang balita’ di di Dusun XIII, Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan.


    Dalam pelaksanaannya Jalil bertindak sebagai koordinator. Enam orang anggota lainnya juga dari dosen-dosen FKM. Mereka memperoleh dana DMR FKM sebesar Rp2,5 juta.
    “Saat itu kami mengumpulkan ibu-ibu di sebuah forum untuk diberikan penyuluhan mengenai tema yang kami usung. Agar sampai ke tujuan objek yang sebenarnya, kami mendatangi rumah-rumah yang mempunyai Balita dan ibu hamil,” terang Jalil saat ditemui di ruangannya, Kamis (24/3).
    Persiapan selama tiga bulan dan proses pelaksanaan di lapangan selama seminggu, Jalil mengatakan dana Rp2,5 juta yang diberikan oleh fakultas tidaklah cukup. Ia dan anggota tim-nya terpaksa mengeluarkan dana pribadi untuk mewujudkan pengabdian ini. “Namanya pengabdian, perlu sedikit pengorbanan juga,” ungkapnya dengan sedikit tertawa.


    Dua pengalaman pengabdian diatas menggambarkan penyebab minimnya jumlah pengabdian karena ketidakpastian dana yang turun dan proses yang tidak mudah. Hal ini diakui Syamsul Jumari, salah satu staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USU. Ia mengatakan, banyak dosen yang berminat untuk melakukan pengabdian masayakat setiap tahunnya. Namun banyak yang mengurungkan niat karena minimnya dana yang turun dari pihak USU. “Banyak proposal pengabdian yang diproses setengah jalan karena dana yang tidak pasti dan melewati seleksi ketat,” ucap Syamsul.


    Hal yang sama juga dikatakan Badar. Minimnya jumlah pengabdian karena kompetisi judul-judul yang masuk dan dana yang ada tidak begitu pasti jumlahnya. Namun Badar menimpali ada juga pengabdian yang tidak terdata oleh LPPM. “Ketidakpastian dana membuat sebagian dosen melakukan program pengabdian secara pribadi dengan bekerja sama dengan pihak luar,” tambahnya

    Dukung KKN Diadakan Lagi


    Dulu sebelum tahun 1997, USU juga ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi setiap mahasiswa. Namum karena pada 1997-1998 masa pergolakan oleh mahasiswa untuk menjatuhkan rezim Orde Baru, pihak USU menilai KKN yang dilakukan di daerah-daerah tidaklah aman bagi mahasiswa. Sejak itulah di USU tidak lagi ada KKN hingga sekarang.


    Abdul Jalil menyayangkan KKN tidak ada lagi di USU hingga saat ini. Ia menilai KKN sangatlah bagus untuk mewujudkan program pengabdian masyarakat. “Banyak manfaat yang bisa dimbil dari KKN, mahasiswa akan terlatih terjun ke masyarakat, dan juga lebih memperkenalkan USU kepada masyarakat luas,” ucap Jalil.


    Badarudin, juga berpendapat bahwa KKN sangat bagus untuk kembali diadakan di USU. Menurutnya dengan KKN akan memberikan sumbangan sumber daya manusia yang potensial di masyarakat. “Akan saling menguntungkan antara masyarakat dan mahasiswa,” ungkap Badar.


    Namun Badar menambahkan apabila KKN benar-benar diadakan lagi di USU, sebaiknya lebih dimatangkan lagi formatnya, misalnya jangka waktu pelaksanaan yang tidak terlalu lama dan peningkatan kualitas mahasiswa yang akan terjun ke masyarakat. (Febrian Fachri)

0 komentar:

Posting Komentar