• Diskusi Menulis Resensi


    Sejak dahulu, Sumatera Barat dikenal sebagai penghasil sastrawan-sastrawan terkemuka di Indonesia. Semisal Marah Rusli, Muhammad Yamin, Buya Hamka, termasuk bapak-bapak pendiri bangsa seperti Tan Malaka dan Hatta sangat terkenal dengan berbagai karya tulis yang mereka hasilkan. Dengan latar seperti itu Saya yakin dan percaya bahwa mahasiswa-mahasiswa asal Sumatera Barat yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol (IMIB) USU juga mempunyai bakat dalam menghasilkan karya tulis.


    Maka Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan (PTKP) bermaksud mengadakan diskusi karya Tulis yang dibuka untuk semua anggota IMIB. Terpilihlah Minggu (9/10) hari pelaksanaan diskusi tersebut yang bertempat di Sanggar Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pemateri yang dihadirkan adalah redaktur Pers Mahasiswa SUARA USU, M januar Rizki yang juga berstatus Mahasiswa Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya 2008.


    Pelaksanaan acara dilakukan pada pukul 15.00 WIB, telat satu jam dari agenda yang direncanakan pada jam 14.00 WIB. Tak berapa lama sebelum acara dimulai. Hanya 11 anggota IMIB yang datang untuk mengikuti acara ini. Tak dapat dipungkiri, sedikitnya anggota IMIB yang hadir karena banyak yang mengeluhkan kelelahan setelah paginya juga mengikuti latihan Tari dan Randai serta olahraga yang dicanangkan bagian Minat Bakat. 

    Namun melihat kondisi seperti ini, PTKP tetap melaksanakan acara meskipun dengan jumlah peserta yang tidak sesuai dengan harapan.  Diskusi dibuka oleh saya sendiri Febrian selaku Ketua Bidang PTKP. Kemudian langsung ke dikusi mengenai karya tulis. Kali ini, pemateri lebih memfokuskan diskusi mengenai Cara menulis Resensi. Menurutnya Resensi adalah sebuah opini seorang pembaca terhadap buku yang bacanya. 


    Berikut secara ringkas cara penulisan resensi adalah. Yang pertama tentu kita harus membaca dulu apa buku yang akan kita resensi. Tidak harus membaca sampai habis tetapi setidaknya kita paham apa isi buku itu, “Jika kita sudah betul-betul paham isi buku maka akan mudah untuk memulai menulis resensi,” ucap Januar.
    Kemudian setelah kita membaca dan memahami buku yang akan kita resensi, kita sudah bisa mulai menulis. Menurut Januar yang pertama kita tulis adalah bagian yang mengcover isi buku. Kita menjelaskan sedikit cerita yang ada pada buku, cukup satu atau dua paragraf saja. Selanjutnya yang kita tulis adalah mengenai latar penulis, apa-apa saja basic penulis dalam mengejawantahkan ilmunya ke dalam buku ini.

    Setelah itu, kita tuliskan apa-apa makna yang bisa kita ambil dari membaca buku yang kita resensi ini. Disini kita paparkan beberapa keunggulan buku ini dibanding buku-buku lain sejenis, apa saja yang perlu pembaca ketahui setelah membaca buku ini. Untuk mengimbangi persepsi, kita juga boleh menggambarkan kekurangan buku yang kita resensi. 

    Dalam penulisan resensi, kita bebas dalam memasukkan opini pribadi ke dalam tulisan. Kita bebas mempersuasikan penilaian kita kepada calon pembaca buku yang kita resensi.

    Dengan mengkuti langkah-langkah yang singkat ini, kita sudah dapat menghasilkan sebuah karya resensi.
    Diakhir diskusi, Januar menggetuk hati peserta untuk berlatih secara perlahan dalam menulis resensi. Bisa dimulai dengan meresensi buku favorit yang sudah kita pahami isinya. 

    Setelah diskusi mengenai karya resensi, Januar juga menyinggung mengenai karya tulis yang lain. Semisal, puisi dan cerpen. Menurutnya menulis cerpen dan puisi lebih kepada ungkapan perasaan penulis. Bisa melalui apa-apa yang pernah dialami, kisah percintaan, dan realita-realita sosial lainnya.

    Diakhir diskusi Pemateri berpesan bahwa, ia percaya orang Minang masih menyimpan bakat-bakat yang akan menjadi penulis besar seperti orang-orang minang yang terdahulu.

    Setelah diskusi ditutup, acara dilanjutkan dengan penyerahan hadiah kepada pemateri oleh Ketua Umum IMIB USU, Salmi Hengki. 


    Saya Pribadi merasa acara yang kami adakan tidak sesuai rencana. Semula kami merencanakan pelatihan namun pelaksanaannya lebih kepada diskusi. Kemudia setelah berunding dengan beberapa anggota, untuk sebuah pelatihan memang sebuah pelatihan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Mudah-mudahan hal ini jadi pembelajaran dan bahan pertimbangan bagi kami kedepannya. (Febrian Fachri)

0 komentar:

Posting Komentar